Bisnis.com, JAKARTA — Senyum bangga terpancar dari wajah Sri Mulyani Indrawati selama menceritakan perjalanan hidupnya, karir di pemerintahan maupun International Monetary Fund (IMF), hingga pengalamannya dalam berbagai krisis ekonomi saat peluncuran buku biografi terbarunya.
Pada Jumat (20/9/2024) malam, jelang ujung masa jabatannya, Menteri Keuangan Sri Mulyani meluncurkan buku berjudul No Limits: Reformasi dengan Hati. Buku setebal 577 halaman itu merupakan authorized biography atau biografi sang bendahara negara.
Acara peluncuran buku berlangsung di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta. Di sana, keluarga Sri Mulyani dan para tamu undangan hadir memenuhi ruangan, di antaranya terdapat para Mantan Menteri Keuangan seperti Agus Dermawan Wintarto Martowardojo, Bambang Brodjonegoro, dan Chatib Basri.
Para Mantan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian yakni Chairul Tanjung dan Darmin Nasution, juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto turut hadir. Para pejabat teras dari berbagai kementerian dan lembaga, juga sahabat-sahabat Sri Mulyani turut hadir di sana.
Figur publik seperti Reza Rahadian, Tasya Kamila, dan Ine Febriyanti juga tampak menghadiri acara tersebut.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa dia tergerak untuk mendokumentasikan pengalaman profesional, perjalanan hidup, hingga hal-hal yang tidak banyak terekspos dari dapur bendahara negara ke dalam buku.
Baca Juga
Pengalaman Sri Mulyani memang terbentang panjang dari awal karirnya sebagai ekonom muda di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Pandangan kritisnya menjadi aspek penting bagi diskursus pengambilan kebijakan ekonomi kala itu.
Tiba waktunya Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan pada 20 tahun silam, dia memulai upaya reformasi di Kementerian Keuangan dan kondisi fiskal. Setelah itu, Sri Mulyani melanglangbuana ke Bank Dunia (World Bank) hingga menjadi Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF).
Setelah berkiprah di Amerika Serikat (AS), Sri Mulyani mendapatkan panggilan untuk kembali mengabdi di Tanah Air menjadi menteri.
Karir Sri Mulyani tidak lepas dari berbagai krisis, mulai dari krisis 1998, krisis keuangan global 2008, hingga pandemi Covid-19. Berbagai pengalaman itu menurutnya perlu didokumentasikan dan dibagikan secara luas.
"Saya merasa, wah, ini pengalaman menghadapi berbagai masalah kayaknya perlu direkam, kemudian dibukukan. Sehingga, untuk the next generation, teknokrat, atau pejabat-pejabat, punya playbook untuk dilihat" ujar Sri Mulyani dalam peluncuran buku itu, Jumat (20/9/2024).
Chairman CT Corp Chairul Tanjung turut bercerita bahwa dia sudah lama mengenal dan mengetahui sepak terjang Sri Mulyani. Chairul merupakan salah satu orang yang berperan dalam membujuk Sri Mulyani kembali ke Indonesia untuk menjadi menteri.
Chairul Tanjung (CT) terbang ke Washington, AS dan mengajak Sri Mulyani makan malam. Di sana dia meyakinkan bahwa Sri Mulyani merupakan sosok yang tepat untuk mengelola keuangan negara.
"Saya tahu persis, bahkan waktu Pak Jokowi jadi presiden, saya diminta untuk memberi masukan lah. Siapa yang sebaiknya menggantikan saya sebagai pendukung perekonomian, saya bilang Bu Sri Mulyani," ujar Chairul menceritakan pengalamannya itu.
Dia mengapresiasi Sri Mulyani yang menorehkan kinerja di pemerintahan. Chairul pun mengaku selalu berdiskusi dengan Sri Mulyani dan meminta berbagai masukan.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menilai bahwa pemikiran soal ekonomi, pengambilan kebijakan, dan pemerintahan terus berkembang. Namun, pemikiran itu masih kerap pasif karena berada di kepala para begawan ekonomi itu.
"Passive knowledge yang ada di dalam kepalanya masing-masing [para begawan ekonomi] ini harus kita tarik, keluarkan, dan kita dokumentasikan," ujar Suahasil.
Dia menjelaskan bahwa buku biografi Sri Mulyani itu merekam perjalanan panjang reformasi di Kementerian Keuangan hingga menjadi seperti saat ini. Suahasil pun menutup penjelasannya dengan pernyataan yang sering dilontarkan Sri Mulyani, untuk menjadi refleksi atas apa yang terangkum dalam buku maupun jalannya perekonomian sejauh ini.
"Saya ingin menyampaikan satu kalimat yang sering diulang-ulang oleh Ibu Sri Mulyani. Mungkin sudah mulai jadi trademark, yaitu 'jangan pernah lelah mencintai Indonesia'. Ini adalah kalimat yang simple sekali tapi maknanya luar biasa mendalam, dan di sepanjang saya mendapati Ibu Sri Mulyani, ini setiap kali disampaikan selalu lekat di hati orang-orang yang mendengarnya," ujar Suahasil.